02 December 2009


Judul: Seandainya Saya Kritikus Film: Pengantar Menulis Kritik Film
Penulis: Ade Irwansyah
Penerbit: Homerian Pustaka
harga rp. 48.000
Dapatkan di jaringan toko buku Gramedia dan Toga Mas.
pemesanan bisa juga lewat email ke hokic@yahoo.com

Ingat, buku ini, menurut Seno Gumira Ajidarma sudah berada di arah yang benar. Ekky Imanjaya menyebutnya ”buku wajib bagi siapa saja yang ingin mendalami penulisan kritik film.” Eric Sasono menyebut buku ini “memberi bahan bacaan yang akan berguna.” Hikmat Darmawan menyebut saya telah “dengan telaten menjelajah berbagai seluk beluk dan pelik melik menulis tentang film.” Dan Noorca M. Massardi menyarankan dengan sangat “bacalah buku ini!”.


Berikut adalah cuplikan isi bukunya:



Bab & Sub-bab

I. Menonton Film
I.a. Menonton Film dengan Baik dan Benar
I.b. Mencatat Hal Penting, Perlukah?
I.c. Tonton Sampai Selesai
I.d. Konsentrasi, Itu Kuncinya

II. Memaknai Film
II.a. Menonton Film, Menonton Realitas?
II.b. Film Sebagai Karya Seni
II.c. Film Sebagai Barang Dagangan
II.d. Film Milik Siapa

III. Memahami Bahasa Film
III.a. Bahasa Film, Apa Itu?
III.b. Cerita, Premis, Plot, dan Skenario
III.c. Jenis-jenis Skenario
III.d. Film Sebagai Teks
III.e. Film Adaptasi
III.f. “Logika Dalam” dan “Make Believe”

IV. Memahami Makna Kritik Film
IV.a. Resensi ilm dan Kritik Film
IV.b. Kelahiran Kritik Film
IV.c. Kritik Film = Tulisan Opini
IV.d. Hubungan Kritikus Film dengan Pembuat Film
IV.e. Fungsi Kritikus Film

V. Modal Jadi Kritikus Film
V.a. Mencintai Film
V.b. Banyak Menonton Film
V.c. Banyak Membaca
Etc....

VI. Unsur Pembentuk Kritik Film
VI.a. Gaya (Style)
VI.b. Isi
VI.c. Antara Gaya dan Isi

VII. Menyusun Kritik Film
VII.a. Langkah Pertama
VII.b. Langkah Kedua
VII.c. Langkah Ketiga
VII.d. Langkah Keempat

VIII. Bentuk Kritik Film
VIII.a. Jenis Kritik Film
VIII.b. Bentuk-bentuk Kritik Film
IX. Penutup: Bentuk Lain Kritik Film

22 July 2009

Dan Segalanya Menghilang


“Sejujurnya aku belum merencanakan apapun selain menghilangkan diri dari kehidupan ini. Lalu aku terkenang pada sesuatu yang ingin aku lakukan sepanjang hidupku. Bertahun-tahun aku menyukai puisi. Menjadi pembaca yang baik dari puisi-puisi orang lain. Mungkin inilah saatnya aku mencoba menuliskan puisi.” – Arya Dananjaya, wartawan.

“Aku dan Danan adalah sepasang kekasih yang tidak akan pernah bisa bersatu.”- Miranti, mahasiswi Kyoto University.

SINOPSIS
Sebuah peristiwa pembunuhan artis penyanyi yang sedang merintis karir menjadi diva di Indonesia membuat Danan merasa ada yang salah dalam hidupnya. Pekerjaannya sebagai wartawan surat kabar kriminal membuatnya terseret dalam lingkaran pembunuhan berantai yang juga mengancam keselamatannya. Dia juga harus berjuang untuk meluruskan hidupnya yang dianggapnya salah cetak dan salah letak. Termasuk kisah cintanya dengan seorang penderita trauma kekerasan domestik bernama Miranti.


Berikut pendapat yang sudah membacanya;

“Sebuah Anagram kehidupan!” – Hasan Aspahani, Penyair.

“Pertama-tama, bayangkanlah sebuah novel detektif khas Sir Arthur Conan Doyle atau Agatha Christie. Kemudian bayangkan kisah semacam itu diramu dengan gaya bertutur yang cenderung puitik-melankolik yang biasa Anda temui dalam novel-novel drama romantik khas Freya North, itulah keunggulan novel ini. Dedy tidak hanya bicara ihwal pemecahan kasus kejahatan, lewat novel ini, dia memberi tahu kita bahwa terkadang hidup merupakan kelindan peristiwa yang kompleks dan penuh makna—yang harus kita temukan signifikansinya bagi kehidupan masing-masing kita.” – Fahd Djibran, Penulis, Pemimpin Redaksi Eduka.

“Dari halaman ke halaman, sebenarnya penulis mengisahkan perjalanan puisi dengan bahasa puisinya sendiri. Lewat tokoh-tokohnya, penulis menyajikan sebuah cermin. Dan saat selesai membacanya, ternyata wajah kita juga ada di situ.” – Johannes Sugianto, Penyair.

“Cerita ini penuh suspense. Dibuka dengan cara semacam Beverly Barton dalam Killing Me Softly, permainan dan interaksi karakter yang kuat serta perpindahan sudut pandang yang terjaga di jalannya
cerita.” – Pringadi AS, Peraih HOKI Literary Award 2008 kategori Cerpen.

Tersedia di: Gramedia, Toga Mas
Harga Rp. 48.000

03 April 2009

Waktu Aku Sama Mika


Bima bilang, aku pasti tolol kalau mau berpacaran dengan Mika.
Ia bilang, Mika itu aneh dan bukan orang yang pantas untuk dipacari.
Aku tidak mengerti.
Jadi aku tanyakan alasannya.
Bima bilang, itu karena Mika sakit AIDS.

Aku bertanya pada Mika,

“Apa AIDS membuatmu berhenti tertawa ketika kamu menonton film Mr. Bean?”
Mika jawab,
“Tidak”.

“Apa AIDS membuatmu berhenti merasa bahwa cokelat M&M’S adalah yang paling enak?”
Mika jawab,
“Tidak”.

“Apa AIDS membuatmu berhenti berpikir bahwa Tuhan itu ada?”
Mika jawab,
“Tidak”.

Lalu aku putuskan untuk berhenti bertanya.
Karena aku segera yakin bahwa Bima itu salah.
Tidak mungkin seseorang yang tertawa ketika menonton Mr. Bean, menyukai cokelat M&M’S dan percaya pada Tuhan itu tidak pantas untuk dipacari, kan?

spesifikasi:
judul: waktu aku sama mika
penulis: Indi
ukuran: 11 x 18
kertas: HVS 70 gram